Bireuen | Isu angka kemiskinan di Aceh begitu fasih dan tajam tersebar di berbagai kalangan masyarakat Aceh. Kemiskinan selalu menjadi isu sakral untuk dibahas dan dikaji baik di forum ilmiah, kampus, seminar, bahkan meja warung kopi pun menjadi sarana pembahasan seputar isu kemiskinan di Aceh, Kamis (13/2/2020)
Kemiskinan bukanlah kesalahan pemerintah semata, baik itu di tingkat pusat bahkan di tingkat regional, hingga hari ini pemerintah telah mengucurkan Dana Desa ke Aceh di Tahun 2019 sebesar Rp. 4,9 triliun, sedangkan tahun 2020 Aceh menerima Rp. 5,05 triliun. Terhitung 6 tahun terakhir dari 2015 hingga 2020 Aceh menerima Rp. 24,75 triliun Dana Desa.
Direktur BUMG Paya Cut Jaya, Rahmat Asri Sufa mengungkapkan, BUMG harus menjadi prioritas pengembangan sumber daya masyarakat di setiap gampong, begitu banyak anggaran yang diterima oleh setiap gampong di Aceh tetapi pembangunan hanya terfokus ke infrastruktur dan fisik, sedangkan peningkatan sumber daya manusia dan pengembangan Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) selalu di nomor duakan.
“Jumlah Gampong di Aceh 6.497, sedangkan di Kabupaten Bireuen 609 Gampong, selalu menjadi mayoritas gampong pembangunan. Kita menginginkan Gampong memiliki ide kreatif serta pendayagunaan potensi desa yang ada, sehingga Desa di Aceh bisa menjadi Desa mandiri di 2024 mendatang,” katanya
Rahmat Asri Sufa juga menyampaikan, bahwasanya BUMG Paya Cut Jaya sudah membangun komunikasi bersama Fakultas Ekonomi Umuslim, yaitu bersama Dekan FEB Umuslim Hakim Muttaqim, B.Soc, Sc, M.ec.Dev.
“Iya, Alhamdulillah kita sudah membangun komunikasi perdana bersama Dekan FEB Umuslim, agar inovasi dan potensi desa yang ada di Kabupaten Bireuen terangkat. Hari ini, beberapa BUMG di Kabupaten Bireuen sudah mulai menunjukkan taringnya bahkan menjadi sumber peningkatan pendapatan desa. Semoga kedepan, BUMG/BUMDes benar-benar menjadi jembatan dan solusi pengentasan kemiskinan di Aceh,” tutup alumni Pascasarjana UIN Sumatera Utara ini.