‎ ‎FBIS UNDIRA Gelar Internasional Kuliah Tamu Bersama ‎Universiti Malaysia Trengganu Dan Universiti Malaya

JAKARTA29 Dilihat



Jakarta – Menanggapi perubahan dunia penulisan akademik beserta
‎penulisan secara umum dalam era Internet of Things (IoT) dan society 5.0, maka Fakultas
‎Bisnis dan Ilmu Sosial Universitas Dian Nusantara (FBIS UNDIRA) bersama Universiti Malaysia
‎Terengganu dan Universiti Malaya turut mengambil langkah strategis dalam mengembangkan
‎potensi penulisan akademik melalui pelaksanaan Kuliah Umum Internasional bertajuk ‘The Art
‎of Academic Writing for Gen Z Scholars’ secara daring Senin 29/09/2025.

‎Dekan FBIS UNDIRA, bapak Caturida Meiwanto Doktoralina, M.Ak., Ph.D., menekankan bahwa
‎saat ini Generasi Z tumbuh dalam era kemudahan akses informasi yang melimpah. Hal tersebut
‎membuka peluang besar dalam pengelolaan informasi dan publikasi. Namun saat yang sama,
‎kemudahan yang diberikan teknologi dan AI juga cenderung menghadirkan resiko yakni adanya
‎kelalaian beserta tumbuhnya budaya gratifikasi instan.

‎“Dalam salah satu riset yang berkaitan dengan studi fenomena, kelemahan literasi kini kian
‎terjadi akibat menurunnya budaya membaca dan meningkatnya kecenderungan Generasi Z
‎untuk mencari ‘shortcut’, yang menyebabkan karya tulis yang mereka hasilkan belum tentu
‎sesuai atau kohesif.” ujar beliau.

‎“Kemajuan teknologi, terutama dalam bidang Artificial Intelligence (AI) selain membuka
‎kesempatan, juga disaat yang sama menyajikan beragam masalah – salah satunya dalam dunia
‎penulisan ialah plagiarisme. Maka dari itu kita semua harus pahami bahwa di tengah
‎perkembangan teknologi, moral dan etik kita sebagai akademisi yang visioner, berintegritas dan
‎profesional tidak boleh tergerus.” lanjut beliau.
‎Beranjak dari pemahaman yang disampaikan oleh bapak Caturida mengenai pentingnya
‎publikasi di era digitalisasi ini, Prof. Dr. Yusliza Muhammad Yusuf menyampaikan bahwa
‎sumber informasi yang tepat dapat mempengaruhi fokus kajian dan alur sebuah publikasi
‎ilmiah. rof. Dr. Yusliza Muhammad Yusuf menjelaskan bahwa keberadaan AI dapat diibaratkan
‎sebagai tools yang mendukung pencarian ide dan data. Tulisan ilmiah layaknya bukan hanya
‎berfungsi sebagai media penyampaian informasi belaka, demi mempertanggungjawabkan
‎tulisan ilmiah, beliau menekankan pencantuman sitasi sebagai bentuk justifikasi.
‎Selebihnya demi menghasilkan tulisan ilmiah yang serasi, Prof. Yusliza menekankan
‎pentingnya penerapan konsep Inverted Pyramid Style of Writing dalam penulisan akademik.
‎Gaya piramida terbalik ini menempatkan informasi paling penting di bagian awal tulisan,
‎kemudian diikuti dengan rincian pendukung, dan diakhiri dengan detail tambahan yang sifatnya
‎lebih spesifik. Dengan cara ini, pembaca langsung memperoleh poin utama sejak awal,
‎sementara elaborasi lanjutan membantu memperkuat pemahaman tanpa harus mencari
‎informasi inti di bagian akhir.

‎Menanggapi penggunaan AI yang dapat menumpulkan kreativitas dan inovasi dalam penulisan,
‎Dr. Zikri Muhammad menyoroti bahwa AI dapat digunakan sebagai alat kolaboratif yang mampu
‎mendukung penulisan.
‎Beliau menilai bahwa penggunaan AI yang tepat dapat memberikan kemudahan dalam
‎membuat mind mapping sekaligus summary keypoint yang diharapkan membantu proses
‎penalaran sekaligus penempatan ide sesuai kriteria yang dituju.

‎“Ketika saya belajar pada zaman saya dahulu, kita baca satu persatu dan mencatat perlahan –
‎namun saat ini dengan bantuan AI kita dapat dengan mudah menarik kesimpulan dari
‎keseluruhan pembahasan. Meskipun demikian janganlah jadikan AI sebagai shortcut dalam
‎melakukan penulisan karya anda. Tidak semua yang dibuat AI 100% betul, maka dari itu kita
‎harus melakukan verifikasi ulang demi memastikan data yang digunakan sesuai serta akurat”
‎ujar beliau.
‎Menambahkan statement yang diberikan Dr. Zikri Muhammad, Dr. Nurul Liyana Mohamad Kamil
‎setuju dengan sentimen penggunaan AI dalam memudahkan proses pengelolaan data beserta
‎teori, namun disaat yang sama beliau menekankan bahwa dalam penulisan ilmiah pemahaman
‎target audience juga merupakan kunci. Beliau berpendapat bahwa sesungguhnya manusia
‎memiliki kelebihan daripada AI, terutama dari segi penalaran.

‎“Meskipun AI dapat menjadi support system terbaik bagi para scholar dalam mencari data
‎sekaligus memetakan informasi, namun janganlah biarkan AI mengendalikan pemikiran kita.
‎Pastikan kita bisa mempekerjakan AI dengan kapasitas otak kita. Dalam penulisan kita juga
‎harus memahami betul target audiens agar, bahwasannya sebagai scholar yang
‎bertanggungjawab informasi yang diterbitkan dapat memberikan wawasan kepada seluruh
‎pihak.” ujar beliau.

‎Kehadiran AI saat ini yang berperan sebagai mediator atau alat dalam penulisan tidaklah dapat
‎merubah total landscape dunia akademik dan publikasi. Melalui kuliah tamu Internasional kali
‎ini, UNDIRA menunjukan kembali komitmen dalam mendorong kualitas publikasi ilmiah yang
‎tidak hanya berbobot, namun juga terpercaya. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *