Tuan Putri Aceh Darussalam Sosialisasi Perlindungan Situs Sejarah Bersama Tokoh Masyarakat Peudada

Bireun72 Dilihat

Bireuen.Tuan Putri Aceh Darussalam yang juga Pemimpin Darud Donya Aceh Cut Putri mengunjungi Peudada Kabupaten Bireuen, dalam rangka mensosialisasikan pentingnya perlindungan situs sejarah cagar budaya (15/2/23).

Pertemuan yang diinisiasi oleh tokoh masyarakat Peudada ini bertujuan untuk membahas langkah-langkah penyelamatan situs sejarah di kawasan Peudada dan sekitarnya, yang terbengkalai dan terancam musnah.

Cut Putri mengaku amat senang, dan langsung datang memenuhi undangan dan bersilaturrahim dengan tokoh masyarakat Peudada.

“Ini adalah langkah bagus, kesadaran masyarakat Peudada untuk melindungi situs sejarah patut dipuji”, kata Cut Putri.

Kehadiran Tuan Putri bersama Tim Darud Donya ke Peudada langsung disambut oleh tokoh masyarakat Peudada. Tokoh-tokoh yang hadir antara lain Imuem Mukim Batee Kureng Peudada, Camat Peudada, para Keuchik Gampong kawasan Peudada, para tokoh perempuan Peudada, hadir pula anggota DPRK Bireuen, Danramil Peudada, dan warga masyarakat Peudada

Dalam pertemuan Cut Putri mengatakan datang khusus dari Banda Aceh, karena senang melihat masyarakat di Aceh makin lama makin sadar akan sejarah indatunya.

Cut Putri menjelaskan pada zaman dahulu kawasan Peudada adalah kawasan bersejarah yang menjadi salah satu pusat pemerintahan Islam. Terdapat dua raja yang terkenal yang makamnya ditemukan di Peudada, yaitu Meurehom Muda atau Sultan Muhammad Bin Sultan Mahmud wafat 1507 M, dan juga makam seorang ulama dari Mekkah yang bernama Tun Ahmad Al Makki guru Sultan sekaligus Mufti kerajaan Peudada saat itu, dan juga terdapat makam lain yaitu Meureuhom Tuha.

Dalam kunjungannya ke Peudada, Tuan Putri Aceh dan Tim Darud Donya bersama para tokoh masyarakat Peudada juga mengunjungi beberapa situs sejarah di Peudada termasuk situs makam Meureuhom Buket, yang terletak diatas bukit yang menjulang tinggi seperti menara setinggi sekira 30 M. Sebuah pemandangan yang menakjubkan. Karenanya Cut Putri meminta semua pihak agar dapat membantu pemugaran makam bersejarah di Peudada.

Perlindungan situs sejarah di Peudada menjadi penting, karena kawasan situs sejarah Peudada sezaman dengan era Samudera Pasai dan Lamuri. Dalam tulisan utusan Raja Portugis, tercatat ada 8 kerajaan utama di kawasan Aceh meliputi : Kerajaan Aceh, Kerajaan Lamuri, Kerajaan Bihar (Biheu), Kerajaan Pedir (Pidie), Kerajaan Air Labu (Ie Leubeu), Kerajaan Lide, Kerajaan Pirada (Peudada) dan Kerajaan Pasee.

Sejak 1524 M Sultan Ali Mughayat Syah berhasil menyatukan semua kesultanan untuk melawan Portugis di Malaka. Langkah penyatuan 8 kesultanan ini lah yang membuat Portugis berhasil dikalahkan dan terkepung di Malaka.

Dalam hikayat Malem Dagang, terdapat kisah Sultan Iskandar Muda menyerang Malaka. Dikisahkan Sultan Iskandar Muda sempat singgah di kawasan Peudada, yang pada zaman itu adalah sebuah tempat yang indah. Sultan menanyakan tentang kawasan itu, yang dijawab adalah kawasan yang dibangun Raja Deurema dari Peusangan ketika menikah dengan Putri Bangsawan anak dari Meureuhom Peudada.

Situs sejarah cagar budaya adalah khazanah kekayaan Aceh, yang apabila dikelola dengan tepat, dapat menjadi daya tarik yang luar biasa dari sisi pariwisata dan pendidikan, yang dapat membangkitkan perekonomian masyarakat dan meningkatkan pembangunan kawasan setempat.

Dalam pertemuan tersebut dibahas langkah-langkah strategis untuk menyelamatkan situs-situs sejarah yang tersebar di Peudada. Darud Donya juga mensosialisasikan UU Cagar Budaya, dan Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh tentang perlindungan situs sejarah dan cagar budaya.

“Insya Allah Darud Donya akan terus mendampingi masyarakat Peudada, yang semangat berjuang mengangkat kembali marwah para indatu yang telah berjasa membangun peradaban Islam di Aceh”, kata Pemimpin Darud Donya itu.

Cut Putri sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kesadaran tokoh masyarakat Peudada dalam melestarikan situs sejarah. Insya Allah para pemimpin dapat mendorong dan menggerakkan warga masyarakat nya untuk bersama-sama menjaga warisan indatu.

“Apalagi disini kita lihat segala lapisan tokoh masyarakat bahkan DPRK Bireuen juga turut hadir dan mendukung masyarakat Peudada untuk berjuang menyelamatkan situs sejarah. Hal ini sangat luar biasa, dan semoga Peudada menjadi contoh teladan bagi kita semua di Aceh, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya”, ujar Cut Putri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *