Webinar STAIN Meulaboh Bahas Trend Islam Indonesia 2020

Meulaboh81 Dilihat

Meulaboh | Semua orang adalah murid di hadapan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, diperlukan kelapangan hati untuk mengkaji dan membuka diri terhadap khazanah keilmuan.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Pradana Boy ZTF, M.A., P.Dh. Dosen Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus Asisten staf khusus Presiden Republik Indonesia bidang keagamaan Internasional pada pertemuan daring Website Seminar (Webinar) yang diadakan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Teungku Dirundeng Meulaboh (STAIN TDM) pada Jumat, 26 Juni 2020.

Pada pertemuan yang mengangkat tema “Trend Islam Indonesia,” Pradana Boy menyampaikan tren keberislaman saat ini dan masih berlaku setidaknya hingga lima tahun ke depan.

Pertama adalah Islam Post Sekulerisme, mengasumsikan bahwa masyarakat mulai kembali pada nilai-nilai Islam dan meninggalkan sekulerisme yang pernah eksis, khususnya di Barat.

Kedua adalah Islam Hybrid, yaitu mereka yang berislam dengan mengambil dimensi budaya lain tanpa beban

Ketiga adalah Islam Internet, yaitu mereka yang memanfaatkan fasilitas internet untuk belajar ilmu agama, hal tersebut menurut Pradana Boy sangat beresiko karena mereka berbicara konteks agama tanpa sosok seorang guru, sehingga lebih beresiko memunculkan perdebatan tanpa solusi, selain juga muncul persoalan etika dan sopan santun.

Dalam buku The Death of Expertise atau runtuhnya kepakaran disebutkan di zaman Internet tak ada lagi otoritas yang mengendalikan pengetahuan. Buku karya Tom Nichol tersebut kini menjadi kenyataan.

“Bagaimana sekarang kita melihat terputusnya transmisi keilmuan, selain informasi yang diterima tidak terbendung dan tanpa verifikasi benar dan salah,” terangnya.

Keempat adalah Salafisme, mengembalikan segala hujjah kepada Al’quran dan Sunnah. Kelima adalah Islam Populis, upaya menggalang suara umat Islam yang selama ini merasa terpinggikan.

Menyikapi munculnya beragam interpretasi, menurut Pradana hal tersebut tidak menjadi persoalan besar sepanjang tidak menyoal aqidah, ibadah. Tidak menyalahkan kelompok lain, dengan tidak memutlakkan kelompoknya sendiri.

“Jangan mengklaim kelompok sendiri dan menghakimi kelompok lain diluar mereka, Berbeda itu biasa, yang tidak biasa adalah ketika perbedaan itu digunakan untuk legitimasi perpecahan,” tutupnya.

Webinar dengan tema Trend Islam Indonesia 2020 merupakan kegiatan kedua yang akan dilaksanakan secara rutin, kegiatan ini bekerjasama dengan bagian Unit Pelaksana Tugas, Teknologi, Informasi dan Pangkalan Data dan Pusat Penelitian (UPT-TIPD) dan Pengabdian Masyarakat (P3M) STAIN TDM.[*]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *