Warga Kembalikan Bantuan “2 Butir Telur” Dari PGE: Wujud Kekecewaan Atas Ketidakpedulian Raksasa Migas Di Aceh Utara

Aceh Utara1008 Dilihat

 

 

Aceh Utara.Ironi kembali terjadi di bumi penghasil gas alam, Aceh Utara. Sejumlah warga Kecamatan Nibong, yang berada di ring satu wilayah operasi PT Pema Global Energi (PGE), memilih mengembalikan bantuan yang sebelumnya disalurkan perusahaan itu pasca-bencana angin kencang. Alasannya? Bantuan yang diberikan hanya berupa dua butir telur per kepala keluarga.

 

Peristiwa itu terjadi pada Senin siang, 14 Juli 2025, tepat di depan gerbang fasilitas PGE. Puluhan paket bantuan diletakkan begitu saja oleh masyarakat sebagai simbol protes atas apa yang mereka sebut sebagai “bentuk penghinaan terhadap penderitaan rakyat”.

 

“Kami bukan minta mewah, tapi jangan jadikan penderitaan kami sebagai formalitas PR perusahaan,” ucap salah satu warga sambil menunjuk tumpukan paket bantuan di depan pagar. “Kami ini warga terdampak langsung, tapi bantuan hanya dua butir telur? Ini bentuk pelecehan kemanusiaan!”

 

Kekecewaan Mendalam: “Lebih Baik Angkat Kaki dari Aceh Utara!”

 

Satgas Percepat pembangunan Aceh (PPA) Aceh Utara, Tri Nugroho, turut angkat bicara dan menyuarakan kemarahan masyarakat. Menurutnya, tindakan PGE mencerminkan minimnya empati dan kepedulian sosial, terlebih terhadap masyarakat yang telah lama terdampak aktivitas eksploitasi migas perusahaan.

 

“Perusahaan sekelas PGE yang mengeruk hasil alam Aceh Utara, tetapi begitu pelit kepada masyarakat saat terkena musibah, lebih baik angkat kaki saja dari tanah ini!” tegas Tri Nugroho.

 

 

Ia juga menilai keterlambatan penyaluran bantuan dan skala bantuan yang diberikan tidak sebanding dengan dampak bencana yang dirasakan warga. “Ini bukan soal jumlah bantuan saja, tapi soal moral dan rasa kemanusiaan. Jangan hanya datang saat eksplorasi, tapi menghilang saat bencana.”

 

Objek Vital Nasional, Tapi Lupa Kemanusiaan

 

Fasilitas PGE yang berlabel “Objek Vital Nasional” justru membuat publik semakin heran: mengapa sebuah entitas strategis negara bersikap seolah tak punya tanggung jawab sosial terhadap masyarakat lingkar tambang?

 

Kekecewaan ini tidak terjadi pertama kali. Beberapa aktivis lingkungan dan sosial sebelumnya juga mengeluhkan bahwa program CSR (Corporate Social Responsibility) PGE selama ini lebih banyak bersifat simbolik, bukan solusi nyata terhadap dampak ekologis dan sosial yang ditimbulkan perusahaan.

 

“Kami Butuh Kepedulian, Bukan Seremoni”

 

Masyarakat berharap, aksi pengembalian bantuan ini menjadi cambuk bagi PGE agar tidak lagi memandang masyarakat ring 1 sebagai pelengkap laporan tahunan. Mereka menuntut pendekatan yang lebih manusiawi, adil, dan partisipatif dalam setiap kegiatan tanggap darurat dan program sosial.

 

“Jika dua butir telur dianggap cukup oleh PGE untuk membalas dampak bencana, maka jangan salahkan rakyat kalau kehilangan respek,” pungkas salah satu tokoh masyarakat Nibong.( tim)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *