Perwakilan Museum Tsunami Aceh Ikut Ambil Bagian di Sakura Science Exchange Program 2024

Berita Utama288 Dilihat

BANDA ACEH – Delapan perwakilan dari beberapa institusi di Aceh, termasuk didalamnya perwakilan UPTD Museum Tsunami Aceh, berkesempatan mengikuti program Sakura Science Exchange 2024 yang diselenggarakan di Kyoto, Jepang pada 19-26 Oktober 2024.

Sakura Science Exchange merupakan hasil koordinasi dari UPT Mitigasi Bencana/Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala dan Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Kyoto University.

Program yang didanai oleh Japan Science Technology ini dirancang untuk mencetak pemimpin masa depan di bidang penelitian dan pengelolaan arsip bencana.

Perwakilan UPTD Museum Tsunami Aceh, Abdul Lathief, mengungkapkan bahwa para peserta program Sakura Science Exchange di Jepang akan mempelajari teknologi canggih untuk mengelola arsip digital bencana.

“Kami akan belajar menggunakan aplikasi MemoryGraph, sebuah alat yang sangat berguna untuk mengorganisir data-data penting terkait bencana,” ujarnya, Selasa, 22 Oktober 2024.

Para peserta, sambung Lathief, terutama generasi muda Aceh, akan dibekali dengan pengetahuan teknologi terkini, kemampuan komunikasi kelas dunia, dan semangat untuk terus belajar dan berkembang.

“Ilmu yang didapat nantinya akan diterapkan di Aceh untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana di masa depan,” tuturnya.

Sakura Science Exchange Program 2024 akan dilaksanakan selama enam hari di Center for Southeast Asian Studies (CSEAS), Kyoto University, Jepang, sejak 20-25 Oktober 2024 mendatang.

Para delegasi yang diketua oleh Rizanna Rosemary, peneliti TDMRC USK ini juga mengunjungi perpustakaan Kyoto University sebagai media membangun literasi masyarakat dan sebagai pusat informasi.

Para delegasi diterima langsung oleh Dr Yamamoto Hiroyuki, Head of Center for Southeast Asian Studies (CSEAS), Kyoto University dan Yoshimi Nishi PhD, Associate Professor Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Kyoto University.

“Mereka memperkenalkan perpustakaan Kyoto University sebagai media membangun literasi masyarakat dan sebagai pusat informasi,” pungkasnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *