Berbagai Ormas, Okp melaksanakan Aksi Gerakan Menutup Aurat (GEMAR) 2020

Banda Aceh46 Dilihat

Banda Aceh | Mari mengenal batasan aurat, disuruh Allah untuk memutupinya. Perempuan seluruh tubuh, kecuali muka dan telapak tangannya. Laki-laki pusar sampai lutut. Pakaian takwa itulah lebih baik, sekumpulan yel-yel Gerakan Menutup Aurat (Gemar) 2020 menggema di Bundaran Simpang 5, Banda Aceh, Minggu (23/2/2020).

Kegiatan ini merupakan gerakan yang tergabung dari Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Aceh,  Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Banda Aceh, One Day One Juz (ODOJ) Aceh, Qur’an Aplication Center (QAF) UIN Ar-Raniry, dan berbagai organisasi lainnya. Gerakan ini merupakan agenda tahunan wajib FSLDK Indonesia.

Mengusung tema “Hijab: Bukti cinta” dilaksanakan dengan beberapa rangkaian kegiatan, di antaranya: GEMAR Go To School yang telah berlangsung pada Jum’at (21/2/2020) di 6 Sekolah Menengah Atas (SMA) se Banda Aceh. Sementara hari ini dilaksanakan Long March dengan rute Simpang Jambo Tape sampai Simpang Lima, Banda Aceh.

Beberapa rangkaian kegiatan dalam Long March GEMAR 2020 terdiri dari orasi, bagi-bagi hijab, kaus kaki, hand shock, dan sebagainya.

Korlap Aksi, Muhammad Alif Satrio mengatakan, saat ini masih banyak milenial seusianya yang belum menutup aurat secara baik dan benar. Melalui kegiatan ini, ia berharap ada kesadaran bersama bahwa cara berpakaian Islami itu memang sudah ada ketentuannya berupa pedoman untuk dipatuhi.

“Misal untuk wanita, jilbab itu bukan sebatas leher melainkan sampai menutup bagian dada. Selanjutnya kalau laki-laki, saat berenang tidak boleh menggunakan celana yang sempit dan membentuk lekuk tubuh. Hal-hal seperti inilah yang coba kita ingatkan kembali,” ungkap Alif.

Ketua KAMMI Banda Aceh, dalam orasinya sempat mengutip ayat Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 26 tentang pakaian, “Allah yang “turunkan” kepada semua anak cucu Adam sekalian, sehingga adab dalam berpakaian itu harus sesuai ketentuan Syari’at,” kata Fathir Ma’ruf.

Ia juga mengatakan bahwa, “Sejarah telah menunjukkan bahwa perempuan-perempuan sebelum Islam juga memakai perhiasan yang menutup kepalanya walaupun bukan dalam bentuk hijab Syar’i, ini menandakan bahwa keseluruhan kepala wanita adalah kemuliaan dan kehormatan,” ujarnya.

Orator lainnya, Wali Fansuri mengatakan, Aceh memiliki kekhususan yakni qanun tentang syari’at Islam. Hal ini akan sangat bertentangan bila masih ada umat muslim yang belum menutup aurat secara sempurna di Aceh.

Diberitakan sebelumnya, kegiatan ini dilaksanakan secara serentak di seluruh Aceh sejak 20-23 Februari 2020. Kegiatan tersebut berupa talkshow, GEMAR Go to School, long march (gerak jalan jauh) disertai bagi-bagi hijab, handshock, kaus kaki yang dilaksanakan di lima wilayah yakni Banda Aceh – Aceh Besar, Lhokseumawe – Bireuen, Aceh Tengah, Langsa dan Aceh Tenggara.

Ketua Jaringan Muslimah Daerah (Jarmusda) FSLDK Aceh Nurhakiki mengatakan, kegiatan ini menjadi gerakan penting untuk menumbuhkan kesadaran bersama bahwa menutup aurat secara sempurna merupakan kewajiban setiap muslim dan muslimah.  “Sama-sama menyadarkan kembali bahwa menutup aurat adalah perintah Allah Swt. Tidak boleh disepelekan, apalagi coba didiskriminasikan oleh pihak tertentu,” ungkap Nurhakiki, Minggu (22/2/2020).
“Ini sudah konsekuensi menjadi seorang muslim dan muslimah, semoga Allah senantiasa kuatkan kesadaran kita terhadap perintah menutup aurat ini,” pungkas Nurhakiki.

Selanjutnya Ketua Puskomda FSLDK Aceh Ilham Akbar berharap, gerakan ini semoga bisa menunjukkan kembali semangat kepada publik bahwa masih ada orang-orang yang peduli terhadap kesempurnaan menutup aurat, baik bagi muslim maupun muslimah. “Terlebih kita daerah yang menerapkan syariat Islam, maka gerakan ini sudah sepatutnya digencarkan agar terus terjadi perbaikan di masa yang akan datang,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *