Banda Aceh – Prokopim: Kabupaten Aceh Tamiang mencatatkan satu tokoh seni, adat dan budaya lokalnya sebagai penerima Anugerah Budaya Aceh tahun 2023. Penyelenggaraan kegiatan yang menjadi rangkaian Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke 8 tersebut berlangsung di Pendopo Wali Nanggroe, Senin (6/11/23) malam, di Aceh Besar.
Adapun tokoh adat penerima penghargaan anugerah budaya dalam kategori “Syah Alam” tersebut adalah Ir. Muntasir Wan Diman, MM. Penghargaan ini diberikan atas sumbangsih dan konsistensinya dalam pelestarian adat dan budaya, terutama sejarah dan peradaban melayu di Bumi Muda Sedia.
Pj. Bupati, Dr. Drs. Meurah Budiman, SH, MH, yang menerima kabar tersebut menyampaikan apresiasi besar kepada Muntasir Wan Diman. Dikatakan Meurah, yang bersangkutan memang dikenalnya sebagai orang yang konsisten memberikan sumbangsih menjaga sejarah serta memajukan peradaban melayu Tamiang.
“Alhamdulillah, selamat untuk Pak Muntasir. Kami atas nama Pimpinan Daerah Aceh Tamiang mengapresiasi Penetapan Anugerah Budaya Syah Alam. Anugerah ini menjadi bukti keseriusan kita melestarikan Adat dan Budaya Aceh Tamiang,” ungkap Meurah memuji.
Diterangkan Meurah, dirinya yakin anugerah ini merupakan kebanggaan bagi masyarakat Aceh Tamiang. “Ini menjadi evidence, bahwa apa yang diwariskan para pendahulu kita masih terpelihara dan terjaga dengan baik. Sekali lagi saya ucapkan selamat, semoga pak Mun semakin berkiprah menjaga sejarah dan memajukan peradaban melayu Tamiang,” pungkas Pj. Bupati Meurah.
Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Malik Mahmud Al-Haytar dalam sambutannya menyampaikan, seperti tahun-tahun sebelumnya, Lembaga Wali Nanggroe kembali memberikan anugerah budaya, bertepatan dengan PKA-8 tahun 2023.
“Penyerahan anugerah tentunya bukan sebuah hal kebetulan, melainkan hasil proses panjang, mulai dari tahapan rapat persiapan, pendaftaran, penilaian, hingga verifikasi calon penerima anugerah. Begitu pula dengan calon penerima untuk setiap masing-masing kategori. Anugerah yang diserahkan malam ini juga bukan hasil yang diperoleh secara instan, tapi buah dari dedikasi berpuluh tahun lamanya,” ujarnya.
Oleh sebab itu, tutur Malik Mahmud, jika dibandingkan dengan apa yang telah diabdikan oleh masing-masing calon penerima, anugerah ini tentunya tak dapat dibanding-bandingkan. “Namun inilah salah satu bentuk nyata upaya kami dalam menghargai dan mengapresiasi setinggi-tingginya jasa besar para penjaga warisan indatu di bumi Serambi Mekkah ini,” ungkapnya.
Lembaga Wali nanggroe Aceh memberikan penghargaan kepada 13 orang yang berjasa serta berkontribusi dalam seni, adat dan budaya. Dalam pada itu, ada tiga jenis penghargaan yang diberikan, yakni Penghargaan Meukuta Alam, Tajul Alam, dan Penghargaan Syah Alam.
Para penerima diseleksi melalui penjaringan yang ketat oleh tim juri yang diketuai seorang akademisi, Prof. Dr. Syahrizal Abbas. Sementara anggota tim juri terdiri dari Dr. Yusri Yusuf, M.Pd, Drs. Nurdin AR, M.Hum, Drs. Nabhany, Dr. Rafiq, dam Muhammad Taufiq Abda.
Dalam penganugerahan semalam, ada 4 tokoh/penggiat budaya yang menerima Penghargaan Meukuta Alam, 2 tokoh/penggiat budaya penerima anugerah Tajul Alam, dan 7 tokoh/penggiat budaya lainnya menerima anugerah budaya Syah Alam.